Sunday, 10 December 2017

B A H A G I A





Begitu banyak hal indah yang terjadi akhir-akhir ini. dunia seakan memberikan pelangi setelah hujan usai. Senja yang begitu merona setelah mendung menutupi awan sore. Malam yang begitu hangat setelah badai dingin beberapa waktu. Itulah, keindahan yang terjadi seiring dengan hal-hal yang telah terjadi. Menyenangkan.

Aku duduk termenung kala itu, entah apa yang sedang aku pikirkan mungkin sesuatu yang sangat sulit aku mengerti. Atau, sesuatu yang selalu terlintas dalam otakku. Bisa jadi sesuatu yang ingin kuungkapkan namun tidak mampu aku kuucapkan. Tapi, sudahlah itu hanya sesuatu yang hanya menjadi angan-anganku. Namun, sesuatu yang penting adalah keitka aku masih merasakan kebahagian ketika melihat orang-orang disekitarku bahagia. Menyenangkan sekali melihat senyuman selalu tersungging diwajah mereka. Mendengar beberapa kisah yang sebegitu semangatnya untuk dibagi. Aku bahagai mendengarnya, sangat-sangat bahagia.

Aku tidak pernah berhenti bersyukur, telah dihadirkan orang-orang yang seceria mereka. Membawa jiwa positif untukku, dan sangat membantuku untuk menghilangkan sedikit kegundahan dalam diriku. Sedihku terkadang hilang ketika sudah bercengkrama dengan orang-orang disekitarku.

Aku juga selalu bersyukur, telah dihadirkan keluarga yang sangat menyayangiku. Menjadikan aku merasa spesial dan diistimewakan (perasaanku saja). Melihat semuanya sebegitu sehatnya, terkhusus malaikat cantikku, Ibu. Setelah badai yang hebat, pelangi muncul. Ibuku kembali sehat, senyumnya selalu terlihat, begitu teduh. Dan aku sangat bersyukur, bisa menyayangi mereka dengan setulus hatiku. Mungkin itu adalah sebabku akhir-akhir ini begitu bahagia.

Bahagia itu sudah bisa aku definisikan. Bahagia yang mungkin belum sepenuhnya aku dapatkan. Bahagia yang masih akan selalu aku nantikan. Aku hanya ingin setiap hal yang kemarin sempat membuatku begitu sedih, perlahan mulai kusirnakan. Bekas biasnya mulai aku sejajarkan dengan apapun yang kini terjadi. Ikhlas, iya aku sudah mengikhlaskan semua hal menyakitkan itu. Dan aku percaya, bahwa setiap kejadian ini sudah ada garisnya masing-masing. Aku pun juga percaya, bahwa begitu banyak hikmah yang tersirat dari semua kejadian ini. Aku yakin. Aku percaya.

Kini waktu terus berjalan. Hingga perjalananku sudah sampai dipenghujung tahun. Musim sudah berganti, begitu mengagumkan. Semoga akan menjadi penghujung yang baik dengan segala kebaikan yang datang. Semoga setelahnya adalah awal yang menakjubkan dengan segala hal-hal bahagia yang akan selalu diperjuangkan. Itulah waktu.

“Bergembiralah, meskipun kita hidup seakan-akan dalam penjara, namun pastinya kelak kita akan menjadi orang yang beruntung. Jadikanlah iman kepada Allah dan amal saleh sebagai bekalmu selalu. Hiduplah di dunia ini seolah-olah kita dalam perjalanan yang jauh dan jadikanlah ia sebagai ladang untuk akhiratmu”




Wednesday, 29 November 2017

Surat Kecil Untukmu #part2



Aku hanya berharap bahwa akhir dari semua penantian ini akan berakhir Indah..
Aku pun juga berharap semoga segalanya menjadi ketetapan terindah dariNya..
Walaupun butuh perjuangan panjang,
Walaupun waktu yang kuhabiskan tidaklah hanya sebentar,
Walaupun aku harus merasakan seninya menunggu..
Namun, sampai detik ini aku masih berjuang
Untuk tetap melihatnya dan mendoakannya dari jarak yang jauh
Melihatnya dari belakang, serta terdiam. Dan kemudian berpura pura tidak melihatnya
Kamu, telah menciptakan jarak..
Jarak yang sulit aku gapai..
Jarak yang belum aku ketahui jalan mana untuk menempuhnya..
Namun, sekian tahun aku masih dengan sabar menunggumu
Untuk sama sama menghilangkan jarak, menjadikan kecanggungan menjadi kenyamanan
Aku masih berharap begitu..
Kamu yang sangat sulit untuk kuhapus dari pikiranku
Dan kamu, masih orang yang bisa membuatku tiba tiba tersenyum, walau sendirian..
Kamu, adalah bentuk kekagumanku yang sulit aku hilangkan dari diriku
Kamu, adalah hal baik yang secara tidak langsung membuatku lebih baik
Dan kamu, adalah hal baik yang selalu aku doakan
Aku memasrahkan, dan aku menjaga jarak itu
Saat ini,
Nanti,
Sampai berhenti

Dan sampai semua ini menemui jawaban yang pasti...

ditulis pada [28/11/2017;05:54]


Thursday, 2 November 2017

Bersabarlah, Sahabatku...




Beberapa hari ini saya mendengar cerita dari sahabat-sahabat saya. sahabat yang tangguh. wanita-wanita yang sebegitu luar biasanya. mereka begitu kuat. Di awal cerita, mereka berbicara dengan nada yang biasa, kemudian beberapa saat suara mereka sedikit parau. Ada getaran yang terbaca disetiap kalimat-kalimat yang mereka ucapkan. Kemudian suasana sedikit sendu, cerita mereka semakin berat. Ku kokohkan telingaku serta hatiku untuk menjadi sekian kuatnya agar mereka juga merasakan kekuatan yang aku pancarkan untuk mereka. hatiku sedikit sesak, batinku jadi ikut rapuh. betapa tidak, air mata seketika membuncah dari peraduan mata mereka. iya, sahabatku menangis. 

Menangis adalah salah satu hal yang bisa wanita lakukan ketika dia merasakan beberapa hal. Rasa bahagia, rasa sedih, rasa terluka, rasa kecewa, bahkan rasa kagum pun wanita akan menangis. Sahabatku, mereka adalah salah satu anugerah terindah yang Allah hadirkan dalam hidupku. Saya bersyukur telah menjadi bagian hidup dari mereka. Menjadi seseorang yang selalu diajak berbagi, dari hal kecil sampai hal besar, dari sisi kanan, dan sisi kiri. Allah ciptakan tawa dari setiap temu yang terjadi, dari setiap celah waktu yang akhirnya terpakai bersama mereka. Namun, kali ini berbeda. Sahabat-sahabatku tidak seceria biasanya. Kini hatinya sedang merasakan sedih, dadanya sedikit sesak menahan amarah yang tidak ingin diluapkan. Air matanya sesaat jatuh dan membuatku harus menyeka alirannya. Itulah mereka, wanita yang sedang terluka, tapi tidak tahu alasan yang membuatnya terluka. dan benar, Allah Maha Tahu dari apa-apa yang tidak kita ketahui.

Dan segalanya sudah menjadi rencanaNya. semua yang terjadi sudah ada dalam skenarioNya. Lalu, dalam keadaan ini siapa yang patut kita salahkan?. Tentunya adalah diri kita. Diri yang masih jauh dari kata baik, yang masih selalu saja mengeluh terhadap apa-apa yang telah kita miliki, diri yang masih selalu belum ikhlas, dan sedikitnya rasa syukur dari segala hal yang telah terjadi. Sahabatku, percayalah ini adalah sedikit ujian dariNya. Teruslah ber-istiqomah dalam kesabaran.

Sahabatku, jangan kamu buang air mata itu hanya untuk menangis sesuatu yang masih fana. Ingatlah, bahwa berharap terhadap sesama makhluk adalah ujian terberat dalam hidup kita. Dirimu akan selalu menelan rasa kecewa terhadapnya yang telah mematahkan harapanmu. Namun, cukupkan dirimu berharap kepada Sang Pemilik Makhluk. Maka kecewamu tidak akan seberat ini dan harapanmu tidak akan terpatahkan. Jika bukan sekarang, mungkin nanti. Semua ini adalah tentang waktu yang tepat. Maka sabarlah wahai diri, dan sabarlah sahabatku.

Ada beberapa cerita yang sebenarnya pernah saya alami. Dan saat ini diriku sedang ada diposisi seperti kalian. Posisi dimana keadaan harus membuatku terus bersabar dan terus ikhlas. Mulut memang mudah berkata demikian, tapi sesungguhnya hati dan diri ini sangat sulit untuk melakukannya. Berpasrah diri, adalah salah satu hal yang saya lakukan jika posisi seperti ini terlanjur terjadi. Mencoba untuk terus ikhlas agar diri bisa menerima dan melanjutkan kisah yang belum kita ketahui ujungnya.  Dan siapa yang tahu jika saya harus mengalami keadaan ini. Sungguh, Allah Maha Tahu dari segala hal yang tidak kita ketahui. Yakinlah, sesuatu yang baik akan kita dapatkan diwaktu yang baik pula.


-dariku yang masih belajar untuk selalu memperbaiki diri-

Monday, 25 September 2017

Perjalanan : Muncak Teropong Laut




Mengisi waktu liburan dengan jalan-jalan adalah salah satu hal yang menyenangkan bagi saya. Jalan-jalan bersama sahabat kesayangan lebih mengasyikkan dan membuat perjalanan lebih berkesan. Waktu itu, saya bersama teman-teman pergi kesuatu tempat yang juga hits di Lampung yaitu ke Muncak Teropong Laut. Tempat ini merupakan salah satu tempat wisata yang sedang hits di Lampung dan menjadi salah satu destinasi wisata paling favorit di Lampung. Muncak Teropong Laut berlokasi di Desa Muncak, Pesawaran, Bandar Lampung, Provinsi  Lampung. Saya bersama teman-teman menempuh perjalanan sekitar 1 jam dari Bandar lampung. Perlu perjuangan yang ekstra untuk menuju lokasi karena keberadaannya yang berada di puncak (dataran tinggi)

Wisata di tempat ini menawarkan keindahan pesona pulau dan teluk Lampung secara landscape. Dipadu dengan spot-spot foto yang cukup menarik dan instagram-able  banget, jadi banyak sekali pengunjung yang ingin berwisata di tempat ini. At least, kalian harus hati-hati saat berkeliling atau menikmati wahana spot foto disekitar lokasi, karena sangat curam dan cukup tinggi. Untuk orang yang takut ketinggian (seperti saya :D) harus bisa memilih spot foto yang sekiranya aman dan tetep memilih view yang bagus untuk take a picture disekitar lokasi.



Keindahan suasana Muncak Teropong Laut tak hanya dinikmati saat siang atau sore saja, kalian akan memperoleh pengalaman berkesan saat menikmati suasana di waktu malam hari. Kalian bisa menyaksikan puluhan kapal nelayan di lautan sampai gemerlap lampu-lampu yang menghiasi kota Bandar Lampung.

Harga tiket masuk Muncak Teropong Laut cukup murah yaitu sekitaran Rp5.000-10.000. tersedia juga penjual makanan dan minuman yang juga sangat ekonomis bagi pengunjung yang ingin membeli makanan di Lokasi. Yuk, mari lestarikan alam wisata di tanah tercinta. Selamat berlibur teman-teman.


Wednesday, 13 September 2017

Menulis Diary




Beberapa malam yang lalu, iseng tangan ini meraih sebuah buku yang sudah agak berdebu dari rak. Beberapa bulan ini saya tak pernah lagi bercerita, mencorat-coret, dan berkeluh kesah pada sebuah buku yang sudah lusuh. Catatan harian atau diary, begitu kita biasa menyebutnya. Mengapa saya bisa selama itu tidak menggoreskan pena lagi di atasnya? Entahlah, saya pun tak mengerti kenapa. Saya tetap menulis, tapi memang tak lagi di buku diary itu. Tapi kelusuhan sang diary justru mengusik memori saya agar kembali bercengkerama dengannya. Rasanya tangan ini gatal untuk bercerita, terkadang menulis sambil tersenyum, bersama diary.

Saya pernah mencoba mengganti kebiasaan menulis diary secara manual (di buku) dengan menulis diary di komputer. Sempat beberapa bulan kebiasaan tersebut berlangsung. Tapi saya tak menemukan jiwanya. Rasanya, menulis dengan pulpen itu lebih mengalirkan emosi ke tulisan yang kita bubuhkan di diary. Setelah saya baca ulang, kesannya memang berbeda antara tulisan di buku dengan tulisan yang dibuat di komputer.

Bagi mereka yang keranjingan menulis diary, pasti paham betul bahwa diary bukanlah sekadar kumpulan kertas. Diary seperti lukisan yang bisa bercerita tentang sebuah peristiwa di masa lalu. Saya bisa saja tersenyum ataupun sedih saat membaca tulisan-tulisan yang pernah saya buat di diary. (senyum-senyum juga sih )

Nah, lalu apa motif sebenarnya dari seseorang yang gemar menulis diary? Beberapa teman yang dulu pernah saya tanyakan, kebanyakan menjawab menulis diary sebagai sebuah pelampiasan. Diary dianggap sebagai teman yang bisa menampung segala keluh kesah, tanpa pernah marah ataupun menggurui. Saya sendiri mulai menulis diary sejak saya SD (kelas 6). Dulu rutinitas menulis diary, benar-benar setiap hari, dimulai dari kelas 6 SD sampai SMP, pas saya SMA hingga saya kuliah kebiasaan menulis diary masih saya lakukan meskipun tidak sesering dulu. Kurang lebih hampir segitu lamanya.

Awalnya ketika SD sampai SMP, saya hanya menulis masalah remeh temeh seputar kehidupan sekolah, masalah persahabatan, masalah suka sukaan, sampai masalah guru yang terlihat menakutkan. Tapi beranjak SMA, saya mulai menempatkan diary sebagai seorang teman. Ketika SMA, saya mulai menulis hal-hal yang menurut saya itu penting untuk didokumentasikan dalam diary. Banyak hal-hal indah yang perlu saya catat dan perlu saya simpan. Sampai saat inipun saya masih melakukannya, hingga ada banyak buku diary saya yang terjejer rapi dalam rak buku saya.

Mungkin anda bingung, bagaimana diary yang hanya berupa lembaran kertas bisa menjadi teman bagi manusia? Begini, memiliki diary berarti membuat kita selalu menulis. Artinya, kita akan selalu menyampaikan apa yang kita lihat, kita dengar, kita alami, serta rasakan kedalam bentuk tulisan. Aktivitas membaca kembali catatan yang sudah kita tuliskan, sebenarnya adalah cara sederhana untuk mengenali siapa diri kita. Lebih jauh lagi, dengan menulis diary, sebenarnya bisa menjadi semacam terapi untuk mengatasi kecemasan (menurut saya sih)

Diary itu seperti cermin buat diri kita. Logikanya, dengan menulis, kita berarti mencoba melepaskan apa yang kita alami kedalam sebuah tulisan. Misalkan kalian sedang memikirkan kenapa tadi kalian tidak bisa menghasilkan ide cemerlang ketika diskusi dengan teman atau saat kuliah berlangsung. Padahal kalian yakin kalau kalian mampu melakukan itu. Nah, cobalah ambil pulpen, kemudian tuliskan apa yang kalian alami dan rasakan selama belajar tadi. Cobalah menulis secara kronologis. Tapi tak usah terlalu banyak memilih kata-kata, cukup tuliskan saja. Kalau sudah selesai, letakkan sejenak tulisan itu. Kemudian silakan baca lagi. Saya tidak menjamin, tapi kemungkinan besar kalian akan menemukan alasan kenapa tadi kalian bisa buntu ide.

Nah, menulis diary seperti meletakkan sebuah peristiwa keluar dari diri kita. Kita kemudian bisa melihat peristiwa itu secara objektif, tidak lagi dari sisi “aku”. Peristiwa yang hanya kita kenang dalam pikiran, cenderung akan menjadi biasa dan penuh penilaian yang subjektif. Saya pikir, menulis diary adalah salah satu media latihan untuk mengasah kemampuan menulis. Proses menulis diary cenderung terbebas dari faktor ingin dikenal dan dipuji orang lain.

Memang saat ini banyak orang yang menjadikan kisah hidup mereka sebagai santapan pembaca lewat blog atau media sosial lainnya. Tapi saya kira sebagian besar penulis diary menyimpan kisah mereka untuk konsumsi pribadi. Jadi, menulis diary adalah latihan yang baik untuk mengasah kepekaan melihat dan memberikan penilaian terhadap sebuah peristiwa. Kelak kalian akan sangat menikmati ketika membaca halaman demi halaman kisah hidup yang sudah kalian tuliskan. Percayalah, saya sudah membuktikannya…



Wednesday, 6 September 2017

Surat Kecil Untuk Rindu




September telah tiba. Dan musim hujan sudah berganti menjadi sedikit kemarau. Rindu berkepanjangan itu juga mulai sedikit luruh bersama hujan yang digantikan oleh angin yang berhembus kencang. Sesekali hinggap, singgah sesaat. Sesekali menghilang, lenyap begitu saja.
Aku duduk termenung sembari membuka buku catatanku. Aku singkap tiap lembarnya. Saat aku menemukan titik kosong, tanganku bergerak untuk mulai menulis bait demi bait cerita. Tentang rinduku.

Iya, rinduku masih sama. Rindu yang tak kunjung berakhir. Olehku yang kubiarkan memenuhi segala ruang yang masih kosong. Dariku yang sengaja aku endapkan agar tidak menjadi sebuah pengharapan. Sesungguhnya aku mulai lelah, sedikit berharap bahwa tidak ada lagi kata “rindu”. Namun, sepertinya aku lagi-lagi gagal untuk menghapus kata itu. Hingga saat ini, aku mengakui… “aku kalah”.

Catatanku hampir ada dilembar terakhir, tinggal beberapa halaman lagi aku bisa membiarkan tanganku berbicara melalui tulisan. Aku ingin memberikan sedikit kata penutup jika memang benar-benar rinduku sudah berujung. Tapi, siapa yang bisa menebak waktu. Bahkan aku sendiri pun tidak pernah tahu, kapankah letak bahagia itu menjadi sebuah arti rindu yang selalu aku harapkan. Kapankah aku bisa memenuhi isi tulisanku tanpa ada kata “seandainya..:. itu hanyalah sebuah kiasan yang belum aku sempurnakan.

Harapanku, mimpiku, bahkan angan-anganku, semua tentang akhir dari rindu itu. Rindu yang saat ini masih sama. Masih begitu jelas tiap detailnya untuk aku biarkan singgah disini. Percayalah, kamu pasti benci kata “menunggu”. Aku pun begitu, merasa ada kesesakan disini setiap aku mulai menulis kata itu. Dan hebatnya, diriku melakukan untuk terus menunggu sampai rindu ini Engkau sambut dengan kata “ini bahagiamu”

Waktu terasa menjadi percuma ketika terus menunggu. Semua hal terlihat begitu sia-sia ketika tidak ada balasan dari apa yang telah kamu habiskan selama ini. Iya, se-lama ini.

Tapi, aku mulai tersadar ketika aku menemukan sebuah kata dalam kalimat terakhir di catatanku hari ini. “sabar”. Adalah kalimat yang memiliki sejuta arti ketika kata itu diucapkan. Kalimat yang memiliki keampuhan tersendiri untukku yang terus-terusan mencitpa kata “menunggu” dalam catatanku.

Aku hanya ingin, ketika aku sudah tidak bisa menulis lagi di buku catatanku ini, ceritaku masih harus berlanjut. Disana, masih banyak buku yang tersimpan di ruangku. Semuanya masih kubiarkan kosong. Bersih dan belum tergores oleh permainan tanganku. Bukan rindu yang menyakitkan yang seharusnya aku tulis, tapi rindu yang membahagiakan yang akan selalu aku jadikan sebuah tema dalam tulisanku.

Kututup buku catatanku, kutengadahkan kedua tanganku menghadap langit. Kemarau ini hanyalah sesaat yang akan kulewati menjemput rindu.”

                                                                                         -Tentang rindu yang belum berujung-



*no galau-galau ya teman-teman. InsyaAllah semua akan dikasih jalan terbaik. Perbanyak do'a, perbanyak dzikir, perbanyak ikhtiar. Semua pasti ada jalannya masing-masing dan akan ada yang terbaik dari semua yang baik. Selalu Husnudzonbillah (berprasangka baik kepada Allah). Allah sudah menentukan titik qodarnya masing-masing hambaNya. Nikmat hidup, nikmat rezeki, nikmat sehat, dan nikmat jodoh semua sudah Allah atur. jadi, selama kita menempatkan Allah dalam segala urusan, InsyaAllah akan ada kemudahan disetiap kesulitan, dan akan ada kebahagian disetiap kesedihan. you can be great if you always with Allah in everywhere, everytime, and everymoments.*


---

Sunday, 3 September 2017

Perjalanan : Pantai Dewi Mandapa



Waktu itu, saya bersama teman-teman pergi holiday kilat dan dadakan ke Pantai Dewi Mandapa. Pantai ini merupakan salah satu pantai yang sedang hits di Lampung dan menjadi salah satu destinasi wisata paling favorit di Lampung, khususnya dikalangan anak muda. Pantai ini berlokasi di Pesawaran, Lampung. Saya bersama dua sahabat  saya berangkat dari Bandar Lampung pukul 03.00 pm dan tiba di lokasi pukul 04.00 pm. Kurang lebih hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai ke Pantai Dewi Mandapa (berangkat dari Bandar lampung ya).

Pantai Dewi Mandapa menurut saya masih tergolong baru, sehingga belum terlalu banyak pengunjung. Mungkin karena waktu itu saya kesana sore hari dan bukan weekend ataupun hari libur jadi pengunjungnya tidak terlalu banyak. Memang lebih baik, waktu pagi hari sebelum matahari terlalu terik ataupun sore hari sebelum matahari terbenam adalah waktu yang pas untuk berkunjung di Pantai ini.

Untuk memasuki spot lokasi Pantai Dewi Mandapa ini, pengunjung hanya perlu membayar Rp10.000 per motor tepat di portal pintu masuk. Kemudian biaya parkir Rp 2.000 per motor. Hal yang sangat menarik dari Pantai ini adalah kita bisa menikmati pemandangan laut lepas yang sebenarnya. Dari area ini hembusan angin pantai yang sangat sejuk sangat membuat nyaman dan bikin betah untuk terus berkeliling di Pantai ini. Kebetulan waktu itu karna saya kesana sore hari jadi sangat sejuk dan tidak terlalu panas. 

Terdapat dua spot menarik yang dapat dipilih untuk sekadar selfie, wefie, ataupun duduk santai. Tempat pertama yaitu bernama Pulau Cinta. Adalah pulau kecil dengan bentuk yang hampir menyerupai bentuk love bila dilihat dari atas. Spot kedua adalah rerimbunan pohon bakau yang sudah disulap sedemikian rupa menjadi semacam beranda yang mengapung di tengah laut. Untuk masuk kedua spot tersebut saya harus membayar biaya Rp 10.000 di setiap spot. Waktu itu saya hanya masuk di spot yang kedua karena keterbatasan waktu (alasan klasik).




Untuk kalian yang belum pernah berkunjung ke Pantai ini, bisa menggunakan aplikasi Google Maps untuk penunjuk jalan. Karena jalannya yang tidak terlalu jauh, sehingga perjalanan untuk ke pantai ini tidak memakan waktu lama dan karena lokasi yang sangat mudah dicari. Selamat berkunjung teman-teman.

( teman-teman bisa membaca cerita perjalanan saya di Pesisir Barat dan di Bromo yang sudah saya pos sebelumnya. semoga terinspirasi )

Friday, 25 August 2017

TUTORIAL MEMBUAT BUNGA KERTAS



Assalamu’alaikum teman-teman semua. Salam kreatif dari si catatan kecil. Di tulisan saya kali ini saya akan memberikan tutorial cara membuat bunga mawar dari kertas. Biasanya bunga mawar tersebut dirangkai menjadi satu buket bunga yang sangat indah dan menarik. Cara membuanya tidak terlalu sulit dan alat-alat yang dibutuhkan juga sangat mudah didapatkan. Teman-teman bisa berkreasi sesuai keinginan untuk menciptakan hasil karya yang sangat indah.

Seringkali saat momen wisuda, ulangtahun, kelulusan, pernikahan, atau acara apapun itu banyak sekali menggunakan alternatif rangkain buket bunga mawar sebagai hadiah. Dan saat ini yang paling populer dikalangan kita adalah bunga yang terbuat dari kertas. Saya pun mencoba mempelajari bagaimana cara membuatnya, karna saya orangnya mudah penasaran akhirnya saya melihat video tutorialnya di Youtube. Dan Alhamdulillah, setelah saya belajar saya pun bisa membuatnya. Bagi kalian yang ingin mencoba hal ini bisa menjadi alternatif usaha buat teman-teman yang ingin berwirausaha.

Adapun bahan yang perlu disiapkan adalah kertas hvs berwarna, lem, gunting, dan alat penggulung (bisa menggunakan lidi, isi pena, atau kawat yang tebal).



Pertama, potong 1 lembar kertas hvs menjadi dua bagian menggunakan gunting.
Kedua, potong kembali setengah lembar kertas menjadi 2 bagian


Ketiga, ambil satu lembar yang sudah dipotong dan melipat ujung kertas menjadi sudut segitiga. Kemudian lipat kembali sesuai gambar di bawah ini


Keempat, potong melingkar bagian kertas yang sudah dilipat. Sehingga jika dibuka hasil potongannya akan membentuk lekukan bunga di setiap bagian. Ini adalah tahap awal kita untuk membuat kelopak bunga mawar. Kemudian lakukan hal sama untuk semua potongan kertas yang telah dipotong.



Kelima, potong setiap kelopak menjadi 5 bagian. Bagian satu potonglah 1 kelopak, kemudian potong 2 kelopak, potong 3 kelopak, dan potong 4 kelopak. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.


Keenam, setelah semua kelopak dipotong, berikan lem di sisi ujung kelopak kemudian rekatkan kedua sisinya (lihat di gambar yaaah)


Ketujuh, buat lekukan di ujung kelopak dengan cara menggulung kebagian belakang kelopak menggunakan lidi (apapun yang bisa kalian gunakan untuk menggulung ukuran kecil). Lakukan untuk semua kelopak yang sudah direkatkan kedua sisinya.


Kedelapan, rangkailah semua kelopak yang sudah digulung sehingga membentuk satu kesatuan utuh bunga mawar. Sebelumnya berikan lem di bagian ujung kerucut kelopak yang akan kalian rangkai (supaya tidak lepas)


Setelah semua prosedur selesai, maka bunga mawar yang telah kalian buat akan terangkai sangat indah dan menarik. Buatlah tidak hanya satu tapi buatlah dalam jumlah banyak supaya bisa kalian rangkai menjadi satu buket bunga. Untuk satu kertas hvs akan menghasilkan 1 tangkai bunga mawar. Jika kalian ingin membuat bunga mawar dalam jumlah banyak maka kertas hvs yang kalian butuhkan juga banyak (sesuai keinginan kalian).


Sangat mudah untuk ukuran pemula seperti saya. Agar semakin mahir dalam membuat rangkaiannya maka perlu banyak-banyak latihan (saya pun juga masih banyak belajar). hal ini bisa menjadi alternatif kita kalau kita bingung ingin memberikan hadiah kepada orang-orang terdekat kita. Dan juga sesuatu yang dibuat dengan tangan sendiri menurut saya itu memiliki nilai seni yang besar dan memiliki arti yang berharga juga.

Demikian tutorial dari saya. Semoga bermanfaat untuk teman-teman semua (maafkan saya jika masih ada kalimat yg sulit dimengerti, masih newbie didunia blogging). Selamat mencoba teman-teman.

Wassalamu’alaikum wr wb J

Apa itu HANDLETTERING ?



Assalamu’alaikum teman-teman.. salam hangat dari si catatan kecil. Saya mau berbagi info tentang hal yang sangat menarik. Hal yang sangat saya sukai. Mungkin teman-teman juga banyak yang menyukainya.

Mengingatkan kembali, sebelumnya saya penah menulis tentang seni “Doodle Art” di catatan kecil saya. Kalau teman-teman belum membaca, silahkan membaca di catatan saya tahun 2015 tentang "Doodle Art??"

Dulu saya juga menyukai seni doodle art, sempet jadi ladang usaha juga (dalam hal ini apapun itu bisa menjadi peluang untuk kita berwirausaha). Alhamdulillah hasilnya cukup untuk saya memenuhi kebutuhan. Namun,seiring berjalannya waktu dan keminimalan waktu saya untuk membuat karya doodle art saya lebih cenderung buta inspirasi untuk menyelesaikan satu lembar karya doodle. And finally, vakum untuk tidak membuat karya doodle (mungkin karena efek males yang bertubi-tubi menyerbu).

Waktu ke waktu saya terus mengeksplor “apa sih sesuatu yang harus saya kembangin lagi?”. Dan akhirnya saya mendapat jawaban yang sekitar 80% memberikan guyuran semangat saya untuk terus berkreasi dan berkarya. Dan sesuatu yang menarik itu adalah seni tulis “LETTERING” atau “HANDLETTERING”

Teman-teman sudahkah banyak yang tahu tentang apa itu lettering?. Seperti apakah seni “lettering”?. Jadi, lettering adalah the art of drawing letters atau seni menggambar tulisan/huruf. Seni ini adalah kreasi menggambar huruf atau kata-kata yang sepenuhnya digambar menggunakan tangan semenarik mungkin.

Kita bisa menggunakan beberapa alat untuk menggambar lettering. Untuk pemula biasanya menggunakan pensil untuk membuat sketsa lettering yang akan kita buat. Kemudian kita hapus menggunakan penghapus dengan catatan jangan sampai menghapus total sketsa yang telah kita buat (supaya memudahkan kita untuk memperjelas sketsa). Selanjutnya, kita perjelas dengan menggunakan spidol berwarna (biasanya warna black atau hitam). Supaya sketsa lebih terlihat hidup, ada beberapa bagian yang harus dipertebal dan ditipiskan sisi line/garis tiap huruf. Disitulah, imajinasi lettering kita bermain, supaya hasil sketsa yang kita buat terlihat menarik.



Menggambar lettering tidak terlalu sulit. Supaya lebih maksimal dan kreatif, saya biasanya melihat beberapa referensi gambar lettering di google, pinterest, dan instagram. Kemudian dari beberapa referensi itu saya memilih yang sketsanya mudah, kemudian saya mencoba meniru gaya sketsanya. Hal ini bisa membuat tangan kita terlatih untuk membuat goresan yang bagus (tidak kaku). Dari hal tersebut, saya mengeksplor sketsa lettering dengan imajinasi saya sendiri, hal ini supaya kita juga bisa belajar membuat lettering dengan mudah.

Seni handlettering tidak membutuhkan media gambar yang sulit. Sederhananya, kalian bisa menggunakan kertas gambar/kertas hvs, pensil, penghapus, spidol, dan drawing pen.


Teruslah mengeksplor bakat kalian. Belajar tidak harus mahal, saya hanya belajar “otodidak” atau belajar sendiri. Intinya jangan pernah berhenti untuk terus belajar dan belajar. kuncinya jangan pernah mengatakan “jelek” atau “kurang bagus” disetiap hasil gambar/karya yang telah kita buat. Itu hanyalah awal, dan menurut saya, itu adalah awal yang “bagus”.

contoh yang sudah dibingkai (promosi juga) hehe


Sekian cerita saya tentang seni handlettering. Next, jika ada kesempatan saya akan membahas lebih detail mengenai seni ini. Yuk, sama-sama belajar J


Wassalamu’alaikum J

Sunday, 16 July 2017

Apakah “Mengagumimu” Se-menyakitkan ini??



[Juli-2017] – “Setiap hari aku dirundung rasa
rindu yang berkecamuk sebegitu dalam. Dan dalam rapalan do’aku,  namamu masih selalu aku sebut. Sedikit sesak, hingga saat ini aku tak mampu lagi jika hanya mengucap nama depanmu. Ini bukan hanya perkara waktu yang sedikit, sudah miliaran detikku terbuang hanya untuk mengagumimu. Iya, masih aku akui “aku mengagumimu”. Tak pernah terfikir oleh akal sehatku, bahwa dirimu masih enggan pergi dari fikiran serta hatiku. Kamu masih berdiam, mengendap, semakin tajam. Aku hanya berharap, ini harus usai, karna aku tak sanggup untuk terus merasakan sakit yang tidak mampu aku tahan lagi” –

Penghujung bulan Juni kemarin, ada sebuah “Hujan” yang datangnya tidak pernah aku prediksikan. Tidak pernah aku bayangkan dia datang begitu derasnya. Hujan itu perlahan sangat menyejukkan. Dingin, hingga menusuk sela-sela tulangku. Aku mulai membiasakan hawa dinginnya masuk dalam tubuhku. Kutengadahkan jari-jari tanganku disetiap rintikannya. Sesekali menimpa pelan, sesekali dia jatuh begitu keras. Berhenti sejenak, kemudian turun lagi. Membuatku mau tidak mau harus menunggunya. Hujan terus turun seharian itu, hari hari berikutnya masih selalu datang. Dalam hujan itu, aku masih selalu membayangkan dirimu hadir disampingku. Mulai membangkitkan rasa kagumku lagi untukmu. Namun, seakan tak ingin diduakan, hujan datang begitu lebat, deras, dan riuhnya air yang mengalir semakin banyak. Hingga akhirnya, aku mulai menyerah lalu membiarkanmu tetap diam dalam satu titik difikiranku. Kupalingkan wajahku di sebelah jendela ruangan kamarku, disitulah aku bisa melihat hujan turun dan membiarkan membasahi jari-jariku. Mengalir disela-sela jari tanganku. Dan akhirnya, aku mulai mengaguminya.

Awal bulan Juli, cuaca masih tidak menentu. Hujan masih sering mengguyur kota tempatku tinggal. Dan hari itu, adalah benar-benar hari terburukku. Entah kenapa, hujan yang selalu kutunggu, tidak turun lagi. Langit masih mendung, angin masih tetap berhembus begitu dingin. Namun hujan yang kutunggu tetap tidak turun.  Oh Tuhan, apakah musim sudah mulai berganti. Apakah hujan itu hanya membuatku menjadi sedikit lupa. Apakah hujan itu hanya sebagai pelipur sesaat saja. Entahlah—
Ku buka lagi buku catatan dalam tas kecilku. Ku catatkan tanggal dimana hari itu hujan tidak turun (lagi). Aku membalik lembaran dibelakangnya, membuka pelan. Mataku menyayup, hatiku mulai bergetar. Dan disitulah, namamu masih begitu jelas tertulis. Iya, namamu lagi. Kali ini namamu begitu lengkap dengan tanggal ku menuliskannya dalam buku ku. Tepatnya, tiga tahun lalu aku menulis namamu. Tiga tahun, apakah menurutmu itu waktu yang sebentar?

Adalah aku, seorang wanita yang terkadang merasa bodoh telah mengagumimu. Adalah aku, seorang wanita yang tidak pantas untuk bisa bersamamu. Adalah aku, seorang wanita yang selalu mendongeng dalam hati, berharap bisa berjalan beriringan denganmu untuk sama-sama menuju surga-Nya. Adalah aku, seorang wanita yang begitu jauh untuk kamu lihat bahkan untuk kamu fikirkan barang sedetik saja tidak mungkin. Dan adalah aku, yang kadang tidak bisa menahan rindu saat aku mulai jauh dari dirimu.

Semua begitu tertata, aku menjaga untuk tidak membuatmu merasa terganggu. Bahkan hanya untuk menatapmu, aku pun tak kuasa. Aku menyiapkan jarak, agar diriku tidak terlihat bodoh saat ada disekitarmu. Dan aku lebih memilih diam, agar aku tidak terlihat gugup saat berbicara di depanmu.
Aku hanya seorang wanita yang tidak memiliki daya dan upaya apapun. Kita bak bumi dan langit. Begitu jauh, hingga aku tidak mampu menggapaimu. Terkadang rasa sedih tidak mampu aku tahan. Rasa takut pun juga masih aku rasakan. Mungkin ini sudah menjadi resiko dalam diriku, karna telah mengagumimu. Tahun berganti tahun, rasaku masih sama. Meskipun “Hujan” yang datang silih berganti, aku tidak pernah bisa melupakan bahkan menghapus namamu dalam catatanku. Ini terlihat sangat berlebihan, tapi itulah kenyataan yang aku rasakan. Sulit.

Dalam ribuan detik itu, aku berjuang untuk tidak membuatmu terganggu. Berjuang untuk terus menahan rasa kagumku dan berjuang agar semuanya tidak terasa menyesakkan. Kecewa, pasti itu pernah. Putus asa, sudah pasti sering terjadi. Aku mencoba untuk menciptakan bahagia agar hidupku tidak hanya terfokus padamu. Aku memiliki mimpi, dan semua mimpiku belum terlihat nyata. Aku hanya berharap, kelak dirimulah bisa menjadi salah satu mimpiku yang belum menjadi nyata itu. Ah, itu hanya harapanku, yang masih kusebut dalam do’aku.

Do’a. Hanya dengan mendo’akanmu adalah caraku yang paling tepat untuk bisa menggapaimu. Semoga Tuhan mengabulkan do’aku untukmu, agar langkahmu dimudahkan dalam segala hal apapun. Termasuk kemustahilan yang aku inginkan, yaitu langkahmu untuk menujuku dan sama-sama menuju Surga-Nya, berjalan beriringan, saling melengkapi, saling membahagiakan, dan saling menjadi baik di hadapanNya. Terkadang sedikit sesak saat aku mengucap kalimat itu, aku malu. Sangat-sangat malu. Aku yang tidak ada apa-apanya dibandingkan wanita di luar sana yang mungkin selalu kamu lihat, sedang aku hanyalah sebagian kecil kemungkinan untuk kamu lihat telah berani melakukan hal itu. Namun, itulah adalah cara terbaik bagiku. Caraku mengagumimu. Menjadikan Tuhan menjadi satu-satuNya tempat aku meminta dan menjadi saksi perjuanganku dalam mengagumimu.


Sempat aku berfikir, apakah mengagumi seseorang se-menyakitkan ini?. Mungkin tidak, faktanya aku sanggup menahannya. Aku mampu melewatinya sekian hari. Dan sampai aku merasa, aku harus menyerah.

Sunday, 26 February 2017

Surat Kecil Untuk IBU #Part2



Satu hal yang paling membuatku bahagia adalah bisa menceritakan segala hal kepada Ibu. Baik itu hal kecil ataupun hal yang besar. Kebiasaan ini dimulai sejak aku kecil. Dari dulu Ibu selalu menanyakan hal-hal yang tejadi padaku, tidak telat satu pun pertanyaan yang dilewatkannya. Dan uniknya aku tidak ragu untuk menjawabnya, begitu antusias. Hal itu juga masih terjadi saat aku tumbuh remaja, daftar pertanyaan Ibuku bertambah, bukan hal-hal yang umum lagi, namun sudah mulai merambah ke hal-hal yang terbilang pribadi. Ibuku bak wartawan infotainment yang berburu informasi tentang masalah pribadi anaknya. Dan lagi-lagi, aku pun tak ragu untuk bercerita padanya, bahkan sangat antusias. Semalam pun rasanya tak cukup untukku menjabarkan jawaban atas pertanyaan Ibu. Seiring waktu berjalan, saat usiaku sudah memasuki usia dewasa seperti sekarang, Ibuku tak pernah menghilangkan kebiasaan itu. Pertanyaannya selalu muncul ditelingaku, namun kini intensitasnya sudah mulai diminimalisir. Mungkin, Ibu mengerti posisiku yang sekarang ini, bahwa anak gadisnya telah tumbuh dengan baik tanpa harus dihantui dengan beribu pertanyaan ampuhnya. Namun, aku rindu akan momen itu, dimana kuhabiskan sekian malam untuk bercerita kepada Ibu tentang hal-hal yang terjadi padaku.

Begitu pula dengan Ibu. Tidak hanya pertanyaannya yang cukup membuatku sedikit pusing, namun sebagai buah hatinya, kebiasaan itu menurun padaku. Aku juga ikut terbiasa menciptakan berbagai pertanyaan untuk Ibuku. Dan hal yang juga membuatku bahagia adalah bisa mendengarkan cerita Ibu. Cerita Ibu mungkin sedikit lucu, lebih lucu dibanding ceritaku. Ibu sering menceritakan hal-hal yang terjadi pada orang disekitarnya. Orang-orang yang terekam dalam visual matanya disimpan dalam memorinya, lalu setelah kembali ke rumah semua memori itu Ibu ceritakan kepadaku. Dengan sedikit bumbu guyonan, mendengar cerita Ibu cukup membuat tawaku lepas hingga perutku terasa lemas menahan tawa yang sedikit berlebihan. Saat aku tertawa, Ibuku pun juga tertawa. Tawanya lepas, tidak ada beban, begitu ringan dan wajahnya mulai memperlihatkan beberapa kerutan. Sungguh, aku benar-benar bahagia.

Seakan tidak ingin kehilangan waktu, aku dan Ibu selalu meluangkan waktu untuk bertukar cerita. Saat aku merasa bahagia, saat aku merasa sulit, saat aku mulai mengenal rasa ingin menyerah, dan bahkan ketika aku juga mulai mengalami rasanya sakit karena patah hati, Ibu mengetahuinya. Ibu adalah orang pertama yang aku ceritakan tentang semua perasaan itu. Aku membutuhkan pundaknya, pun juga membutuhkan petuah-petuahnya yang begitu bijaksana. Saat aku mulai jarang berada di dekat Ibu, selalu kusempatkan untuk berbicara padanya melalui via telepon. Dan rutinitas itu sudah seperti aturan obat yang harus diminum kurang lebih 3 kali dalam sehari. Bahkan 3 kali belum cukup, bisa berubah digit menjadi 5 kali sampai 6 kali dalam sehari. Begitu juga dengan Ibu, lebih posesif dari yang aku bayangkan. Terkadang aku sempat dilempari beberapa omelan kecil karena aku mengabaikan panggilannya. Itu hal kecil, tapi bagiku sangat membahagiakan.

Aku dan Ibuku memiliki rentang usia 20 tahun. Iya, selisih usia kami. Mungkin karena hal itulah, aku sering merasa bahwa Ibu adalah sahabat terbaikku. Tempat paling nyaman untuk bercerita semua hal. Tak hanya usia, sifat dan kebiasaan pun tidak jauh beda. Mungkin hormon genetik Ibu lebih dominan mengalir dalam diriku. Iya, kami tak begitu serupa, namun kami memiliki sifat yang hampir sama. Sama-sama melankolis, sama-sama sensitif, sama-sama memiliki rasa ingin tahu yang sangat aktif. Terkadang ada beberapa sifat Ibu yang tidak aku sukai, dan ternyata Ibu merasakan hal sama. Sifatku yang terbilang cuek juga sedikit membuat ibu tidak begitu suka. Wajar bukan? we’re humans. Tapi, ikatan batin antara Ibu dan anak begitu sangat kuat, hingga setiap kondisi membuat kami mengerti, hingga akhirnya mampu memahami sifat masing-masing.

Ibu pernah membuat aku menangis. Merasa bahwa tuntutan Ibu begitu kejam sampai batinku begitu sakit. Tapi aku tidak bisa marah ataupun kesal, aku hanya bisa menangis secara diam-diam bahkan terang-terangan didepan Ibu. Kita juga pernah berselisih pendapat, sampai Ibu uring-uringan. Semua hal yang membuat kebiasaan bercerita kita terhenti sejenak, kami diam dan berintropeksi. Setelah hari yang cukup buruk itu berlalu, keadaan kembali normal. Keadaan kembali baik, masing-masing dari kita mulai menerima keadaan yang telah terjadi. Lalu kami bercerita lagi.

Aku juga pernah membuat Ibu menangis. Air matanya sempat menetes. Entahlah, aku cukup sulit mendefinisikan arti tangis itu. Setiap air mata seorang Ibu jatuh, aku selalu takut. Takut jika tidak bisa membuatnya berhenti jatuh, karena itu adalah hal yang aku benci. Mataku sudah mulai merasa pedih, kemudian sedikit basah, dan akhirnya ikut menangis. Kesalahanku mungkin cukup banyak, dan aku tidak mengetahuinya. Ibu selalu diam, dan tidak pernah mau menceritakannya. Namun, hari yang penuh haru itu telah berlalu. Aku berhasil mengembalikan tawanya lagi, menghapus kesedihan dalam dirinya. Jauh dari dasar hatiku, aku meminta maaf untuk segalanya. Maafku mungkin tak terbayar, bahkan tidak cukup. Aku hanya yakin, kasih sayang Ibu begitu besar untukku. Tulus.

Ada pesan Ibu yang selalu aku ingat. Ibu selalu memintaku untuk tidak pernah kecewa. Ibu juga ingin melihatku untuk terus bahagia. Kebahagiaan yang aku cari, Ibu mengetahuinya. Dan saat ini, aku menanamkan janji untuk Ibu bahwa aku tidak akan kecewa dan tidak akan ada yang membuatku kecewa. Karena aku tahu, saat aku kecewa, disana ada pundak Ibu yang akan selalu siap untuk aku sandari. Dan aku juga akan mencari kebahagian untuk Ibu. Kebahagian yang akan mengiringi Ibu sampai di hari tua nanti. Dan aku akan selalu membuat Ibu bahagia, karena aku juga tahu bahwa Ibu akan siap memberikan banyak cerita yang membuatku bahagia.

Aku ingin melihat Ibu tumbuh bahagia sampai nanti. Aku juga ingin Ibu melihatku bahagia saat ini dan dimasa depan. Aku ingin seperti Ibu, yang begitu kuat dan sangat tulus memberikan kasih sayang untukku. Aku ingin seperti Ibu, yang bisa menjadi guru hebat bagiku. Aku ingin seperti Ibu, yang tidak hanya menjadi seorang Ibu tapi juga bisa menjadi seorang sahabat untukku. Dan aku ingin seperti Ibu, yang bisa memberikan kebahagiaan untuk anak-anakku nanti dimasa depan. Terimakasih Ibu.


“Cepatlah sehat Bu, kembalilah tersenyum seperti dulu…” - Anakmu



Monday, 13 February 2017

HUJAN, Sekuat Dia



Hari ini hujan lebat di luar sana, menghempas keras jutaan air di jendela besar bangunan ini. Hujan, masih menjadi hal yang selalu aku suka. Banyak hal-hal yang tiba-tiba terlintas dalam hatiku. Aku menelaah peristiwa tiap peristiwa yang berlalu, tapi terkadang aku tak mampu menemukan titik teduhnya. Entahlah, rasa penasaranku masih selalu muncul tanpa sebab.

Aku duduk di bangku tepat lurus di jendela besar tempat aku bisa memandangi hujan di luar sana. Mataku seketika dikagetkan dengan seorang wanita yang sedang berdiri di dekat jendela besar itu. Iya, wanita yang sangat aku kenal dan wanita yang sangat aku kagumi. Sungguh.

Wanita itu memiliki aura teduh yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Wanita itu tengah menatap lurus di depan jendela sedari tadi. Dia bertolak belakang dengan cuaca yang sedang terjadi saat ini. Di luar sana, petir kian gemuruh, hujan badai tampak seperti berambisi ingin menghancurkan jendela besar itu, angin bertiup kencang seolah menampar keras pepohonan tinggi besar yang tertanam di luar sana. Tapi, wanita itu berdiri dengan sangat anggun, tampak tidak terganggu sedikitpun. Gamis panjangnya menguntai lurus, berwarna merah muda, membuatnya begitu elegan. Jilbabnya pun tak ingin kalah menghiasi dirinya, tampak menari tertiup angin lembut yang lolos masuk ke dalam celah-celah kecil ruangan tempatnya berdiri.

Dia tampak muram, senyumnya tak terlihat. Ialah dia sosok wanita tegar yang sabarnya melebihi luasnya samudera di dunia. Keanggunannya muncul dalam dirinya. Menurutku, tidak ada keanggunan yang muncul jika tidak dilatih dari dalam diri. Wanita itu berlatih sangat keras agar kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak satupun menyakiti hati orang lain. Ia juga berlatih tentang meyakinkan dirinya bahwa ketika Allah membuatnya jatuh dengan setumpuk rasa sakit yang ia rasakan, maka Allah pulalah yang mampu membuatnya untuk berdiri dan terus berjalan kuat. Ia yakin, bahwa jika Allah mengujinya, Allah tahu bahwa ia lebih kuat daripada yang ia sangka. Sekali lagi, aku sungguh beruntung mengenalnya.

Dalam keseharian, dia selalu tersenyum. Begitu lembut saat kedua bibirnya melekuk indah, meskipun hati dan perasaannya sedang berkecamuk. Hanya saja, ia jarang menunjukkan kesedihannya dihadapan yang lain. Aku tahu betapa hatinya amat sangat terluka. Betapa masalah yang menimpanya, membuatnya jatuh terperosok dilubang yang amat sangat dalam. Tapi, sekali lagi saat ia jatuh, ia selalu mencoba bangkit meskipun sedikit tertatih.

Aku memahami itu, dan mengerti betapa kuatnya dia. Saat ia menangis, ia tahu bahwa tidak ada seorang manusia pun yang mampu memahami betapa sulitnya ia harus menahan dan mencoba menghela nafas. Ia pun tahu, satu-satunya yang paham tentang semua hal yang ia rasakan itu hanyalah Allah. Jika air mata yang mengalir di pipi lembutnya sudah tak terbendung, maka ia juga pasrah. Biarlah Allah yang menghapusnya, karena cahaya-Nya tidak pernah redup dan mampu membuatnya bangkit disaat ia jatuh amat sangat parah.

Aku begitu takjub, kedua mataku sedikit basah. Aku ikut hanyut dalam tatapan sedihnya yang masih mematung di depan jendela besar itu. Menatap hujan. Aku menjadi seseorang yang ikut melihatnya tumbuh dan berkembang begitu hebat. Wanita kuat yang percaya bahwa dia jauh lebih kuat dari apa yang dia sangka. Aku mengerti sekarang, aura teduh yang aku rasakan, berasal dari hatinya yang memancar jauh menyinari seluruh tubuhnya.

Aku berjalan mendekat menuju kearahnya. Dia melihatku, aku pun melihatnya, lebih dekat. Kedua mataku pun bertemu dengan kedua matanya yang sedikit sendu, menandakan banyak beban yang tersimpan didalamnya. Sinar yang memancar dari kedua matanya bersinar lembut, senyumnya mengembang menenangkan. Senyumannya menular, bibirku ikut mengembang tanpa sanggup aku tahan. Kami saling tersenyum.

Badai sudah mulai mereda, tergantikan oleh gerimis yang turun perlahan. Aku bahagia mengenalnya, ialah yang telah menjadikanku yakin dan percaya bahwa setiap cobaan pasti mampu untuk kita lewati. Aku mendo’akannya, tentunya do’a yang mendatangkan banyak kebaikan. Aku ingin berkah hujan ini membuat do’aku langsung bergerak jauh menuju keatas langit.

Itulah kenapa aku menyukai hujan. Salah satunya aku bertemu dengan suatu kondisi yang begitu banyak memberiku pelajaran. Seperti wanita ini, yang mengajariku begitu dahsyatnya arti bersyukur dan begitu kuatnya arti bersabar. Ibu-

Tuesday, 10 January 2017

I D E A of L O V E



I could never warp my head around the idea of love.
For some, it was a person, a cheery memory, a reason to move forward.
But for some, it was a distand memory, a brought, a long forgotten incident.
I asked my mother ; how should i know what love trully is.
and she told me; love will never be a person.
It will never be a person. It will be the respect in your eyes and care in your heart.
It will also be the worry in your mind and pain in your head.
It will come in all your passions, sound of the laughter of your friends and glimmer of all the things you care about.
Don't cage it around the idea of a person, this is the only way it would that.

"With every sunset, a new hope is born, an old expectation dies"