Monday, 13 February 2017

HUJAN, Sekuat Dia



Hari ini hujan lebat di luar sana, menghempas keras jutaan air di jendela besar bangunan ini. Hujan, masih menjadi hal yang selalu aku suka. Banyak hal-hal yang tiba-tiba terlintas dalam hatiku. Aku menelaah peristiwa tiap peristiwa yang berlalu, tapi terkadang aku tak mampu menemukan titik teduhnya. Entahlah, rasa penasaranku masih selalu muncul tanpa sebab.

Aku duduk di bangku tepat lurus di jendela besar tempat aku bisa memandangi hujan di luar sana. Mataku seketika dikagetkan dengan seorang wanita yang sedang berdiri di dekat jendela besar itu. Iya, wanita yang sangat aku kenal dan wanita yang sangat aku kagumi. Sungguh.

Wanita itu memiliki aura teduh yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Wanita itu tengah menatap lurus di depan jendela sedari tadi. Dia bertolak belakang dengan cuaca yang sedang terjadi saat ini. Di luar sana, petir kian gemuruh, hujan badai tampak seperti berambisi ingin menghancurkan jendela besar itu, angin bertiup kencang seolah menampar keras pepohonan tinggi besar yang tertanam di luar sana. Tapi, wanita itu berdiri dengan sangat anggun, tampak tidak terganggu sedikitpun. Gamis panjangnya menguntai lurus, berwarna merah muda, membuatnya begitu elegan. Jilbabnya pun tak ingin kalah menghiasi dirinya, tampak menari tertiup angin lembut yang lolos masuk ke dalam celah-celah kecil ruangan tempatnya berdiri.

Dia tampak muram, senyumnya tak terlihat. Ialah dia sosok wanita tegar yang sabarnya melebihi luasnya samudera di dunia. Keanggunannya muncul dalam dirinya. Menurutku, tidak ada keanggunan yang muncul jika tidak dilatih dari dalam diri. Wanita itu berlatih sangat keras agar kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak satupun menyakiti hati orang lain. Ia juga berlatih tentang meyakinkan dirinya bahwa ketika Allah membuatnya jatuh dengan setumpuk rasa sakit yang ia rasakan, maka Allah pulalah yang mampu membuatnya untuk berdiri dan terus berjalan kuat. Ia yakin, bahwa jika Allah mengujinya, Allah tahu bahwa ia lebih kuat daripada yang ia sangka. Sekali lagi, aku sungguh beruntung mengenalnya.

Dalam keseharian, dia selalu tersenyum. Begitu lembut saat kedua bibirnya melekuk indah, meskipun hati dan perasaannya sedang berkecamuk. Hanya saja, ia jarang menunjukkan kesedihannya dihadapan yang lain. Aku tahu betapa hatinya amat sangat terluka. Betapa masalah yang menimpanya, membuatnya jatuh terperosok dilubang yang amat sangat dalam. Tapi, sekali lagi saat ia jatuh, ia selalu mencoba bangkit meskipun sedikit tertatih.

Aku memahami itu, dan mengerti betapa kuatnya dia. Saat ia menangis, ia tahu bahwa tidak ada seorang manusia pun yang mampu memahami betapa sulitnya ia harus menahan dan mencoba menghela nafas. Ia pun tahu, satu-satunya yang paham tentang semua hal yang ia rasakan itu hanyalah Allah. Jika air mata yang mengalir di pipi lembutnya sudah tak terbendung, maka ia juga pasrah. Biarlah Allah yang menghapusnya, karena cahaya-Nya tidak pernah redup dan mampu membuatnya bangkit disaat ia jatuh amat sangat parah.

Aku begitu takjub, kedua mataku sedikit basah. Aku ikut hanyut dalam tatapan sedihnya yang masih mematung di depan jendela besar itu. Menatap hujan. Aku menjadi seseorang yang ikut melihatnya tumbuh dan berkembang begitu hebat. Wanita kuat yang percaya bahwa dia jauh lebih kuat dari apa yang dia sangka. Aku mengerti sekarang, aura teduh yang aku rasakan, berasal dari hatinya yang memancar jauh menyinari seluruh tubuhnya.

Aku berjalan mendekat menuju kearahnya. Dia melihatku, aku pun melihatnya, lebih dekat. Kedua mataku pun bertemu dengan kedua matanya yang sedikit sendu, menandakan banyak beban yang tersimpan didalamnya. Sinar yang memancar dari kedua matanya bersinar lembut, senyumnya mengembang menenangkan. Senyumannya menular, bibirku ikut mengembang tanpa sanggup aku tahan. Kami saling tersenyum.

Badai sudah mulai mereda, tergantikan oleh gerimis yang turun perlahan. Aku bahagia mengenalnya, ialah yang telah menjadikanku yakin dan percaya bahwa setiap cobaan pasti mampu untuk kita lewati. Aku mendo’akannya, tentunya do’a yang mendatangkan banyak kebaikan. Aku ingin berkah hujan ini membuat do’aku langsung bergerak jauh menuju keatas langit.

Itulah kenapa aku menyukai hujan. Salah satunya aku bertemu dengan suatu kondisi yang begitu banyak memberiku pelajaran. Seperti wanita ini, yang mengajariku begitu dahsyatnya arti bersyukur dan begitu kuatnya arti bersabar. Ibu-

1 comment: