Hari ini hujan lebat di luar sana, menghempas keras jutaan
air di jendela besar bangunan ini. Hujan, masih menjadi hal yang selalu aku
suka. Banyak hal-hal yang tiba-tiba terlintas dalam hatiku. Aku menelaah
peristiwa tiap peristiwa yang berlalu, tapi terkadang aku tak mampu menemukan
titik teduhnya. Entahlah, rasa penasaranku masih selalu muncul tanpa sebab.
Aku duduk di bangku tepat lurus di jendela besar tempat aku
bisa memandangi hujan di luar sana. Mataku seketika dikagetkan dengan seorang
wanita yang sedang berdiri di dekat jendela besar itu. Iya, wanita yang sangat
aku kenal dan wanita yang sangat aku kagumi. Sungguh.
Wanita itu memiliki aura teduh yang sulit diungkapkan dengan
kata-kata. Wanita itu tengah menatap lurus di depan jendela sedari tadi. Dia
bertolak belakang dengan cuaca yang sedang terjadi saat ini. Di luar sana,
petir kian gemuruh, hujan badai tampak seperti berambisi ingin menghancurkan
jendela besar itu, angin bertiup kencang seolah menampar keras pepohonan tinggi
besar yang tertanam di luar sana. Tapi, wanita itu berdiri dengan sangat
anggun, tampak tidak terganggu sedikitpun. Gamis panjangnya menguntai lurus,
berwarna merah muda, membuatnya begitu elegan. Jilbabnya pun tak ingin kalah
menghiasi dirinya, tampak menari tertiup angin lembut yang lolos masuk ke dalam
celah-celah kecil ruangan tempatnya berdiri.
Dia tampak muram, senyumnya tak terlihat. Ialah dia sosok
wanita tegar yang sabarnya melebihi luasnya samudera di dunia. Keanggunannya
muncul dalam dirinya. Menurutku, tidak ada keanggunan yang muncul jika tidak
dilatih dari dalam diri. Wanita itu berlatih sangat keras agar kata-kata yang
keluar dari mulutnya tidak satupun menyakiti hati orang lain. Ia juga berlatih
tentang meyakinkan dirinya bahwa ketika Allah membuatnya jatuh dengan setumpuk
rasa sakit yang ia rasakan, maka Allah pulalah yang mampu membuatnya untuk
berdiri dan terus berjalan kuat. Ia yakin, bahwa jika Allah mengujinya, Allah
tahu bahwa ia lebih kuat daripada yang ia sangka. Sekali lagi, aku sungguh
beruntung mengenalnya.
Dalam keseharian, dia selalu tersenyum. Begitu lembut saat
kedua bibirnya melekuk indah, meskipun hati dan perasaannya sedang berkecamuk.
Hanya saja, ia jarang menunjukkan kesedihannya dihadapan yang lain. Aku tahu
betapa hatinya amat sangat terluka. Betapa masalah yang menimpanya, membuatnya
jatuh terperosok dilubang yang amat sangat dalam. Tapi, sekali lagi saat ia
jatuh, ia selalu mencoba bangkit meskipun sedikit tertatih.
Aku memahami itu, dan mengerti betapa kuatnya dia. Saat ia
menangis, ia tahu bahwa tidak ada seorang manusia pun yang mampu memahami
betapa sulitnya ia harus menahan dan mencoba menghela nafas. Ia pun tahu,
satu-satunya yang paham tentang semua hal yang ia rasakan itu hanyalah Allah.
Jika air mata yang mengalir di pipi lembutnya sudah tak terbendung, maka ia
juga pasrah. Biarlah Allah yang menghapusnya, karena cahaya-Nya tidak pernah
redup dan mampu membuatnya bangkit disaat ia jatuh amat sangat parah.
Aku begitu takjub, kedua mataku sedikit basah. Aku ikut
hanyut dalam tatapan sedihnya yang masih mematung di depan jendela besar itu.
Menatap hujan. Aku menjadi seseorang yang ikut melihatnya tumbuh dan berkembang
begitu hebat. Wanita kuat yang percaya bahwa dia jauh lebih kuat dari apa yang
dia sangka. Aku mengerti sekarang, aura teduh yang aku rasakan, berasal dari
hatinya yang memancar jauh menyinari seluruh tubuhnya.
Aku berjalan mendekat menuju kearahnya. Dia melihatku, aku
pun melihatnya, lebih dekat. Kedua mataku pun bertemu dengan kedua matanya yang
sedikit sendu, menandakan banyak beban yang tersimpan didalamnya. Sinar yang memancar
dari kedua matanya bersinar lembut, senyumnya mengembang menenangkan.
Senyumannya menular, bibirku ikut mengembang tanpa sanggup aku tahan. Kami
saling tersenyum.
Badai sudah mulai mereda, tergantikan oleh gerimis yang
turun perlahan. Aku bahagia mengenalnya, ialah yang telah menjadikanku yakin
dan percaya bahwa setiap cobaan pasti mampu untuk kita lewati. Aku
mendo’akannya, tentunya do’a yang mendatangkan banyak kebaikan. Aku ingin
berkah hujan ini membuat do’aku langsung bergerak jauh menuju keatas langit.
Itulah kenapa aku menyukai hujan. Salah satunya aku bertemu
dengan suatu kondisi yang begitu banyak memberiku pelajaran. Seperti wanita
ini, yang mengajariku begitu dahsyatnya arti bersyukur dan begitu kuatnya arti
bersabar. Ibu-
ibukuuu
ReplyDelete