Senja masih
saja bertahan. Mempertahankan keasriannya yang memesonakan ratusan pasang mata.
Disenja itu aku menaruhkan sedikit asaku bahwa cinta yang sejatinya masih
terpendam berharap menemukan persinggahannya.
Dengan penuh
harapan kukatakan kepada sang senja, dimanapun dia berada, apapun pekerjaannya,
dan bagaimana parasnya, kelak sang dermaga cinta itu akan menyambut
hatiku untuk bersinggah lalu menetap dihatinya.
Terkadang rasa
iri menyelimutiku, melihat para hawa bercumbu manis dengan sang adam yang
saling mengutarakan isi hatinya. Iri melihat mereka yang saling menyatukan
jemari, berjalan seiringan ditaman, bergurau manis nan manja mengisi
keheningan.
Lantas
diriku disini menatap hati yang kosong, menunggu sang dermaga cinta menarik
hatiku. Melihat jemari yang selanya belum diisi dengan jemarinya, berjalan
dalam kesendirian, serta hanya mampu bercanda dengan diri sendiri, berceloteh
kecil serta bertanya-tanya siapakah sosok pujangga yang mendermakan cintanya
untukku.
Kini aku
tertegun, terdiam, terpaku,..
mengoyakkan
gejolak ini agar tak lagi mengelu-elukan cinta yang belum mampu kugenggam,
hanya mungkin waktu yang akan menjawab segala kerisauan yang tengah tergenang.
Menggenangkan hati yang tak kunjung surut oleh derasnya aliran cinta. Cinta
yang dahulunya aku dapatkan, tetapi kini telah menghilang hingga belum mampu
untuk aku gantikan. Sejuta tanya tentang kapan waktu itu akan terjawab untuk
menjawab segala risau yang menumpuk dihatiku.
Kini aku
mengabadikan dalam diriku bahwa sejatinya hanya cintalah yang nantinya
akan tumbuh, bersemi, hingga akhirnya layu. Perlu cara yang ampuh bagaimana
menghidupkan kembali cinta yang telah layu.
entahlah,
bahkan senja pun tak mampu menjawabnya….
-@ekaayl-
No comments:
Post a Comment