Monday, 17 October 2016

PERJALANAN : PESISIR BARAT



Hai… kali ini saya akan menepati janji saya yang pernah saya utarakan saat mem-post tulisan saya tentang perjalanan di Bromo, yaitu saya akan membagikan cerita soal perjalanan saya di daerah yang juga terkenal di Lampung. Ya, Pesisir Barat. Silahkan baca kembali postingan saya yang berjudul “Perjalanan : Bromo:”

Tepatnya 2 tahun yang lalu saya berkesempatan mengunjungi daerah Pesisir Barat dalam kegiatan KKN saat saya masih kuliah dulu (karena saat ini sudah ndak kuliah lagi, do’akan yaa semoga bisa lanjut S2. Aamiin). Pada saat itu saya sedikit syok ketika mendapat lokasi KKN yang sangat jauh dari jangkaun sinyal dan listrik karena daerahnya yang masih begitu primitif. Kalian bisa bayangin kan gimana hidup tanpa listrik dan sinyal. What shoul I do?.

Oke, terlepas dari hal itu kita ambil sisi indahnya saja dari tempat yang penuh dengan gugusan air laut yang begitu memanjakan mata. Moment ini saya anggap sebagai moment traveling gratiss (gak juga sih soalnya kegiatan KKN ini juga bayar). Perjalanan menuju Kabupaten Pesisir Barat menempuh perjalanan 5 jam dari kota Bandar Lampung dengan transportasi menggunakan bus atau mobil. Jika ditempuh menggunakan motor kira-kira bisa menempuh perjalanan 3 sampai 4 jam. Saya bersama teman-teman sekelompok saat itu berkesempatan untuk tinggal di Kecamatan Bengkunat, tepatnya di Pekon (Desa) Kota Batu selama kurang lebih 2,5 bulan. Selain hari-hari kami habiskan dengan se-abrek kegiatan sekolah dan program kerja, kita selalu menyempatkan untuk jalan-jalan sebagai alternatif untuk menghilangkan penat dan lelah.

Tempat pertama adalah Way Balak. Tempat ini adalah sungai yang membentang antara Pekon Negeri Ratu dan Pekon Kota Batu di Kec. Bengkunat.  Sungai dalam bahasa lampung disebut “Way”, dan “Balak” artinya adalah besar/luas. Jadi Way Balak artinya sungai yangbesar/ luas. Di sungai inilah masyarakat setempat mendapatkan sumber air. Kegiatan seperti, mandi, mencuci, bahkan buang air dari yang kecil sampai besar juga dilakukan di sungai ini. “what do you think, gaes?”. Mungkin agak sedikit tidak wajar jika kita mencemari sungai dengan hal-hal seperti ini, tapi ya itulah kehidupan masyarakat disana. Dan itu sudah menjadi sebuah rutinitas yang setiap harinya selalu dilakukan. Dibalik itu semua, saya begitu menikmati suguhan alam ini karena ada spot-spot yang masih murni karena airnya sangat jernih dan segar jadi betah kalau lagi main disini.

Way Balak versi bersih

 
Way Balak versi tidak bersih
Sore hari di Way Balak (itu buka aku ya, aku yang motoin)



Tempat kedua adalah Pantai Sighing. Pantai ini tidak jauh dari Pekon yang saya tinggali yaitu menempuh perjalanan sekitar 8 menit dari Pekon Kota Batu. Pantainya masuk sekitar 2 km dari jalan lintas Sumatra. Dan ketika sampai di pantai ini, pemandangan luar biasa yang seketika langsung membuat mata saya terbelalak (lebayyy). Aroma pantai yang benar-benar masih murni, ombaknya juga bagus, hamparan pasir yang masih putih, dan tentunya NO SAMPAH karena tempat ini belum dijadikan sebagai tempat wisata. Jadi benar-benar wisata gratis. Di pantai ini saya juga dimanjakan dengan sunset yang begitu jelas. Saya dan teman-teman lebih suka datang ke pantai ini saat sore hari supaya bisa menyaksikan matahari tenggelam ke peraduannya alias menyaksikan sunset. Hmm tiba-tiba jadi pengen kesini lagi deh.

Pantai Sighing sore hari
Pantai Sighing (formasi lengkap)
 
Sunset di Pantai Sighing (aku yang motoin mereka lagi candid)

Tempat ketiga adalah Pantai Cantik. Entah kenapa dinamakan “Cantik” yang saya tahu mereka hanya menyebutnya seperti itu. Ya seperti itu. Perjalanan menuju pantai ini menempuh waktu sekitar 1 jam dari Pekon Kota Batu dengan mengendarai sepeda motor. Pantai ini terletak hampir mendekati daerah Kecamatan Ngambur dan lokasinya hanya beberapa meter dari Jalan lintas Sumatra (sebelah jalan raya). Pantai ini juga tidak kalah menarik dan benar-benar indah. Pantai ini juga unik karena saat kita sampai ada semacam kubangan air sebelum kita menuju ke pantai. Dan tentunya aroma pantai juga masih murni. Ombaknya yang luar biasa dan tentunya pantai ini juga bersih karena belum terjamah oleh wisatawan. Penikmat pantai ini kebanyakan penduduk asli di daerah ini. Nah kan, jadi pengen kesini lagi.

Pantai Cantik
Pantai Canti Sore hari (lagi sakit gak ikut seru-seruan jadi motoin aja)
 
Pantai Cantik with muli-muli sikop (wanita-wanita cantik)

Tempat keempat adalah Pantai Tanjung Setia. Tepatnya di daerah mana, saya kurang tahu karena waktu itu hanya mampir sebentar saat perjalanan menuju Krui. Pantai ini juga tak kalah indah dari pantai yang sudah saya kunjungi. Pemandangan luar biasa. Hamparan pantainya sekilas seperti lautan yang sangat biru. Tempat ini sudah menjadi tempat wisata bahkan wisatawan asing pun juga mengunjungi tempat ini. Saat itu saya hanya mampir jadi ya tidak bayar (gratis lagi) dan hanya sebentar alhasil foto-fotonya tidak terlalu banyak deh.

di Pantai Tanjung Setia
Ombak di Tanjung Setia
Perjalanan menuju Krui

Tempat kelima adalah Labuhan Jukung, Krui. Sebenarnya pantai ini sudah memasuki kawasan Pesisir Selatan dan perjalanannya dari Pekon saya menempuh waktu 2 jam dengan menggunakan mobil. Pantai ini sudah cukup terkenal dikalangan para wisatawan lokal maupun interlokal jadi menurut saya sudah tidak murni karna sudah terjamah oleh wisatawan. Namun, sebagian orang menyebut pantai ini sebagai “Balinya Lampung”. Karena pemandangannya pun tidak kalah indah seperti pantai-pantai yang di Bali (katanya sih, soalnya belum pernah ke Bali). Untuk masuk ke Pantai ini kita harus membayar RP. 5.000,-/orang, ekonomis banget kan. Dipantai ini juga banyak orang berjualan aneka makanan dan minuman yang harganya kisaran Rp.5.000 – Rp.15.000. karena saat itu cuaca sedang hujan, jadi saya bersama teman-teman tidak mendapatkan hasil foto yang bagus deh.

Labuhan Jukung versi kotor dan sedikit mendung awannya

di Labuhan Jukung, Krui.

Itulah beberapa tempat yang sempat saya kunjungi pada saat itu. Banyak hal yang saya pelajari dan ketahui selama saya berada tinggal disini. Dimulai dari masyarakatnya, adat istiadatnya, rutinitasnya, pemdidikannya, bahkan tempat wisatanya. Semuanya benar-benar unik dan menakjubkan karena ini adalah pengalaman pertama saya. Khususnya untuk Pekon yang saya tempati, disanalah saya menemukan keluarga baru dan sahabat-sahabat baru. Karena saya suka dengan anak-anak disana juga saya mengenal beberapa anak-anak yang menurut saya dia akan menjadi orang sukses di masa depan. Meskipun beda adat istiadat dan sukunya, namun mereka semua menghargai itu dan sayapun juga menghargai kondisi seperti itu. 

Pekon Kota Batu

Semua telah menjadi kenangan dan cerita yang tidak pernah saya lupakan. Saya berharap suatu saat nanti saya bisa berkunjung kesana dan menikmati wisatanya lagi. I miss  Kota Batu, Bengkunat, Pesisr Barat.

Tuesday, 11 October 2016

Surat Kecil Untukmu



Ini suratku yang pertama setelah aku memutuskan untuk mendalami setiap perubahan dalam diriku. Ini juga suratku yang pertama, yang kuharap kamu (absurd) pun bisa membaca dari jarak yang tak mampu aku definisikan berapa meternya. Bacalah dengan baik, pahamilah setiap bait kata yang masih belum tertata dengan rapi ini. Resapilah setiap pesan yang tersirat dalam sajak yang masih begitu berantakan ini. Sekali lagi, ini suratku “untukmu”

------------

“Untukmu yang namanya selalu mengudara dalam do’a 5 waktu fardhuku… apa kabar kamu? Bagaimana perjalanan hidupmu hari ini? Lelahkah kamu setelah seharian menjemput rezeki mu? Rezeki berupa kenikmatan jasmani dan rohani mu. Semoga kamu baik-baik saja. Semoga hari-harimu menyenangkan. Semoga kamu selalu bahagia. Semoga Allah gantikan lelahmu dengan rezeki yang membarokahkanmu..

Untukmu yang namanya selalu mengudara dalam doa di waktu dhuha-ku. Aku disini mendoakan segala kebaikan untukmu. Kamu pasti tahu, dhuha adalah sarana menjemput rezeki, dan tujuanku menyebutmu dalam doaku agar rezeki datang padamu dan mudah menghampirimu. Aku berharap tiap langkahmu hari ini digantikan ribuan pahala dan dirimu dikelilingi malaikat yang senantiasa menjagamu selalu.

Untukmu yang namanya selalu mengudara dalam doa di sepertiga malam terakhirku. Aku disini berusaha selalu mendekatkan diri padaNya, semoga kamu juga senantiasa mengingatNya. Aku disini sedang berjuang untuk terus memantaskan diri dihadapanNya, semoga kamupun juga sejalan denganku ini agar kita sama-sama mendapatkan kebarokahanNya.

Kamu… yang bahkan aku tidak tau siapa namamu. Yang hanya mampu aku angan-angankan bahwa namamu itulah yang terbaik. Kamu yang diriku pun tak mampu mereka-mereka atau melukis wajahmu. Dan aku hanyalah menyebut “kamu” . sedang apa kamu sekarang? Sudah dimanakah perjalananmu saat ini?

Entahlah… aku tak tau kapan waktunya tiba. Yang aku lakukan hanyalah menunggu dan terus berikhtiar kepadaNya. Aku tidak hanya duduk manis saja, tapi ada banyak hal yang juga harus aku perjuangkan. Bersama menunggu sebagaimana aku menantikan janji Rabbku..
Sungguh, jarak ini mengajarkanku tentang arti rindu dan kesabaran. Saat rindu datang, aku hanya bisa bersujud dan memohon agar keadaan menjadi sebaik-baiknya keadaan. Aku percaya bahwa kita akan dipertemukan dalam waktu yang tepat, iya sesuai kehendakNya.

Satu hal yang harus kamu pahami, cinta adalah sebuah rasa yang sudah menjadi fitrah bagi setiap manusia. Namnu, manusia diperintahkan untuk menjaga agar cinta itu tidak menjerumuskannya pada tindakan yang diharamkanNya.
Sampai jumpa diwaktu nanti….”

------------------


PS: Tidak hanya diriku yang mungkin menitipkan surat ini. Namun ribuan hati perempuan di dunia ini yang telah memahami bagaimana seharusnya kita menjaga cinta itu juga ingin menuliskan surat kecil ini untukmu. Semuanya kembalikan pada Sang Pencipta Rasa, Pada Dzat yang telah membolak-balikkan hati serta perasaan kita. Jangan pernah kita merasa putus asa, hingga tidak tahu lagi arah jalan yang benar. Inilah saatnya untuk terus dan selalu memperbaiki diri, dan niatkan dalam hati semua ini terjadi dan kita lakukan hanya untukNya. Iya, untuk surgaNya.



Image source by : http://blog.pianetadonna.it/