Hai… kali ini saya akan menepati janji saya yang pernah saya
utarakan saat mem-post tulisan saya tentang perjalanan di Bromo, yaitu saya
akan membagikan cerita soal perjalanan saya di daerah yang juga terkenal di
Lampung. Ya, Pesisir Barat. Silahkan
baca kembali postingan saya yang berjudul “Perjalanan : Bromo:”
Tepatnya 2 tahun yang lalu saya berkesempatan mengunjungi
daerah Pesisir Barat dalam kegiatan KKN saat saya masih kuliah dulu (karena saat ini sudah ndak kuliah lagi,
do’akan yaa semoga bisa lanjut S2. Aamiin). Pada saat itu saya sedikit syok ketika mendapat lokasi KKN yang
sangat jauh dari jangkaun sinyal dan listrik karena daerahnya yang masih begitu
primitif. Kalian bisa bayangin kan
gimana hidup tanpa listrik dan sinyal. What
shoul I do?.
Oke, terlepas dari hal itu kita ambil sisi indahnya saja
dari tempat yang penuh dengan gugusan air laut yang begitu memanjakan mata. Moment ini saya anggap sebagai moment traveling gratiss (gak juga sih soalnya kegiatan KKN ini juga
bayar). Perjalanan menuju Kabupaten Pesisir Barat menempuh perjalanan 5 jam
dari kota Bandar Lampung dengan transportasi menggunakan bus atau mobil. Jika
ditempuh menggunakan motor kira-kira bisa menempuh perjalanan 3 sampai 4 jam.
Saya bersama teman-teman sekelompok saat itu berkesempatan untuk tinggal di
Kecamatan Bengkunat, tepatnya di Pekon (Desa)
Kota Batu selama kurang lebih 2,5 bulan. Selain hari-hari kami habiskan dengan se-abrek kegiatan sekolah dan program
kerja, kita selalu menyempatkan untuk jalan-jalan sebagai alternatif untuk
menghilangkan penat dan lelah.
Tempat pertama adalah Way Balak. Tempat ini adalah sungai
yang membentang antara Pekon Negeri Ratu dan Pekon Kota Batu di Kec.
Bengkunat. Sungai dalam bahasa lampung
disebut “Way”, dan “Balak” artinya adalah besar/luas. Jadi Way Balak artinya
sungai yangbesar/ luas. Di sungai inilah masyarakat setempat mendapatkan sumber
air. Kegiatan seperti, mandi, mencuci, bahkan buang air dari yang kecil sampai
besar juga dilakukan di sungai ini. “what
do you think, gaes?”. Mungkin agak sedikit tidak wajar jika kita mencemari
sungai dengan hal-hal seperti ini, tapi ya itulah kehidupan masyarakat disana.
Dan itu sudah menjadi sebuah rutinitas yang setiap harinya selalu dilakukan.
Dibalik itu semua, saya begitu menikmati suguhan alam ini karena ada spot-spot yang masih murni karena airnya
sangat jernih dan segar jadi betah kalau lagi main disini.
|
Way Balak versi bersih |
|
Way Balak versi tidak bersih |
|
Sore hari di Way Balak (itu buka aku ya, aku yang motoin) |
Tempat kedua adalah Pantai Sighing. Pantai ini tidak jauh
dari Pekon yang saya tinggali yaitu menempuh perjalanan sekitar 8 menit dari
Pekon Kota Batu. Pantainya masuk sekitar 2 km dari jalan lintas Sumatra. Dan
ketika sampai di pantai ini, pemandangan luar biasa yang seketika langsung
membuat mata saya terbelalak (lebayyy).
Aroma pantai yang benar-benar masih murni, ombaknya juga bagus, hamparan pasir
yang masih putih, dan tentunya NO SAMPAH karena
tempat ini belum dijadikan sebagai tempat wisata. Jadi benar-benar wisata
gratis. Di pantai ini saya juga dimanjakan dengan sunset yang begitu jelas. Saya dan teman-teman lebih suka datang ke
pantai ini saat sore hari supaya bisa menyaksikan matahari tenggelam ke
peraduannya alias menyaksikan sunset.
Hmm tiba-tiba jadi pengen kesini lagi deh.
|
Pantai Sighing sore hari |
|
Pantai Sighing (formasi lengkap) |
|
Sunset di Pantai Sighing (aku yang motoin mereka lagi candid) |
Tempat ketiga adalah Pantai Cantik. Entah kenapa dinamakan
“Cantik” yang saya tahu mereka hanya menyebutnya seperti itu. Ya seperti itu. Perjalanan
menuju pantai ini menempuh waktu sekitar 1 jam dari Pekon Kota Batu dengan
mengendarai sepeda motor. Pantai ini terletak hampir mendekati daerah Kecamatan
Ngambur dan lokasinya hanya beberapa meter dari Jalan lintas Sumatra (sebelah jalan raya). Pantai ini juga
tidak kalah menarik dan benar-benar indah. Pantai ini juga unik karena saat
kita sampai ada semacam kubangan air sebelum kita menuju ke pantai. Dan
tentunya aroma pantai juga masih murni. Ombaknya yang luar biasa dan tentunya
pantai ini juga bersih karena belum terjamah oleh wisatawan. Penikmat pantai
ini kebanyakan penduduk asli di daerah ini. Nah kan, jadi pengen kesini lagi.
|
Pantai Cantik |
|
Pantai Canti Sore hari (lagi sakit gak ikut seru-seruan jadi motoin aja) |
|
Pantai Cantik with muli-muli sikop (wanita-wanita cantik) |
Tempat keempat adalah Pantai Tanjung Setia. Tepatnya di
daerah mana, saya kurang tahu karena waktu itu hanya mampir sebentar saat
perjalanan menuju Krui. Pantai ini juga tak kalah indah dari pantai yang sudah
saya kunjungi. Pemandangan luar biasa. Hamparan pantainya sekilas seperti lautan
yang sangat biru. Tempat ini sudah menjadi tempat wisata bahkan wisatawan asing
pun juga mengunjungi tempat ini. Saat itu saya hanya mampir jadi ya tidak bayar
(gratis lagi) dan hanya sebentar
alhasil foto-fotonya tidak terlalu banyak deh.
|
di Pantai Tanjung Setia |
|
Ombak di Tanjung Setia |
|
Perjalanan menuju Krui |
Tempat kelima adalah Labuhan Jukung, Krui. Sebenarnya pantai
ini sudah memasuki kawasan Pesisir Selatan dan perjalanannya dari Pekon saya
menempuh waktu 2 jam dengan menggunakan mobil. Pantai ini sudah cukup terkenal
dikalangan para wisatawan lokal maupun interlokal jadi menurut saya sudah tidak
murni karna sudah terjamah oleh wisatawan. Namun, sebagian orang menyebut
pantai ini sebagai “Balinya Lampung”. Karena pemandangannya pun tidak kalah
indah seperti pantai-pantai yang di Bali (katanya
sih, soalnya belum pernah ke Bali). Untuk masuk ke Pantai ini kita harus
membayar RP. 5.000,-/orang, ekonomis banget kan. Dipantai ini juga banyak orang
berjualan aneka makanan dan minuman yang harganya kisaran Rp.5.000 – Rp.15.000.
karena saat itu cuaca sedang hujan, jadi saya bersama teman-teman tidak
mendapatkan hasil foto yang bagus deh.
|
Labuhan Jukung versi kotor dan sedikit mendung awannya |
|
di Labuhan Jukung, Krui. |
Itulah beberapa tempat yang sempat saya kunjungi pada saat
itu. Banyak hal yang saya pelajari dan ketahui selama saya berada tinggal
disini. Dimulai dari masyarakatnya, adat istiadatnya, rutinitasnya,
pemdidikannya, bahkan tempat wisatanya. Semuanya benar-benar unik dan
menakjubkan karena ini adalah pengalaman pertama saya. Khususnya untuk Pekon
yang saya tempati, disanalah saya menemukan keluarga baru dan sahabat-sahabat
baru. Karena saya suka dengan anak-anak disana juga saya mengenal beberapa
anak-anak yang menurut saya dia akan menjadi orang sukses di masa depan.
Meskipun beda adat istiadat dan sukunya, namun mereka semua menghargai itu dan
sayapun juga menghargai kondisi seperti itu.
|
Pekon Kota Batu |
Semua telah menjadi kenangan dan
cerita yang tidak pernah saya lupakan. Saya berharap suatu saat nanti saya bisa
berkunjung kesana dan menikmati wisatanya lagi. I miss Kota Batu, Bengkunat, Pesisr Barat.