Sunday, 17 July 2016

R I N D U



19.43 WIB

Sudah sekian lama senyum itu belum terlihat. Perlahan aku menyingkap tirai jendela berharap akan datang cerita berbeda dari hari kemarin. Namun ternyata semesta belum memberikan izinNya. Dan lagi-lagi aku belum bisa melihat senyuman itu. Sangat teriris, dan begitu menyesakkan rasanya ketika menjalaninya. Oh Tuhan, kemanakah perginya?

Seketika aku terbayang tentang cerita lalu. Saat tawa itu ada, saat suara itu begitu jelas kudengar, saat raga itu begitu jelas aku lihat, dan saat senyuman itu begitu indah melengkung diwajahmu. Semangatku menjadi kuat dan hari-hariku begitu sempurna sebelum ini. Setiap fajar bahkan sampai senja itu menghilang, dirimu tak pernah lupa untuk memberikan senyuman itu. Aku mengingatnya.

Aku masih seperti yang dulu dan akan terus menjadi diriku yang dulu. Hanya waktu dan usia yang berubah. Begitupun dirimu yang juga berubah termakan usia dan waktu. Bukanlah sosok yang kekanakan dan bukanlah sosok yang memanjakan. Di usiamu yang selalu aku jadikan panutan, dan akan selalu menjadi hal yang tak akan kulupakan. Hanya saja cerita Tuhan sedikit membuatku tertekan, begitu dahsyat dan sangat menyakitkan. Namun inilah takdir yang selalu aku yakini bahwa inilah yang terbaik. Ujian yang harus sama-sama kita lewati dengan penuh rasa ikhlas dan sabar. Yakin. Maka tersenyumlah.

Aku merindukan senyummu. Berkali-kali kuucapkan dalam tiap rapalan do’aku “aku rindu”.
“Perasaan adalah perasaan, tidak kita bagikan dia tetap perasaan. Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetaplah perasaan yang tidak berkurang satu helai pun nilainya. tidak hilang satu daun pun dari tangkainya”. Begitulah rasa yang kuciptakan terhadapmu sejauh ini. Dari ku dini hingga tumbuh sebesar ini perasaan itu tak pernah berubah. Semua ini karnamu. Iya, karnamu.

Aku ingin bertemu dan melihat senyummu lagi. Besar akan rinduku ini sudah begitu menyebar dalam nadiku. Aku ingin melanjutkan perjalananku bersamamu. Menua dan berbagi kebahagiaan juga bersamamu. Kamu harus kembali bersama senyuman itu. Jangan biarkan rindu ini terus menyerang bertubi-tubi. Bagian terperih ini akan berlalu, pasti. Dengan kehendak Tuhan.

“ gagal, kali ini gagal bersembunyi dibalik kata-kata bijak yang selalu mampu membuat aku terlihat tangguh padahal hancur lebur harapan”.
(Gagal Bersembunyi- The Rain)

Di lima waktu bahkan tahajudku, kutitipkan do’a padaNya agar senyummu kembali merekah. Agar rinduku tak melulu bergejolak dan terus bersembunyi disini.
 “Ya Tuhan biarkan malaikat tanpa sayap ini tersenyum, jauhkan segala sakit yang menetap dalam dirinya. Buanglah setiap luka yang tengah menutupi garis tawanya. Dekatkanlah bahagiaMu dan keajaibanMu kepada dirinya dan kami. Jadikan sabar ini adalah penahan, jadikan ikhlas ini sebagai obat, dan jadikan do’a ini sebagai wujud bersyukur kepadaMu.”…..

Sekali lagi…

Aku RINDU senyummu, Bu….


Catatan Kecil

*untuk ibuku tercinta, semoga lekas sehat dan selalu bahagia*