Hallo semuanya, setelah
sekian bulan tidak memposting catatan kecil setelah catatan ter-SULIT saya
bulan lalu. Kali ini saya lagi mencoba untuk membuat catatan kecil di setiap
perjalanan yang pernah saya lakukan. Dan untuk catatan perjalanan saya mulai
dari sini…
Pada akhir bulan Februari
2014 yang lalu saya bersama rombongan angkatan 2011 pendidikan Kimia melakukan kegiatan
studi banding ke Pulau Jawa. Dari sekian tempat yang kami kunjungi, ada sebuah
tempat yang membuat saya begitu takjub saat berada disana yaitu Gunung Bromo.
Gunung Bromo merupakan ikon wisata Jawa Timur yang terkenal itu. Sungguh saya
belum pernah pergi ke Gunung Bromo, jadi ini jalan-jalan pertama saya ke Bromo
dan merasakan sensasi hawa dingin disana dan melihat kuda secara langsung
(biasanya liatnya gak secara langsung).
Kami
naik bus pariwisata dari Bandung menuju Semarang. Mampir dulu ke Solo lalu
lanjut ke Jawa Timur (Semarang atau Solo dulu ya? Agak-agak lupa). Sesampainya
di Kota Malang kita singgah sebentar ke Kota Batu untuk beli oleh-oleh (padahal
ndak beli oleh-oleh soalnya bingung
mau beli apaan). Kemudian kita istirahat ke Hotel yang katanya jaraknya nggak
jauh dari daerah Gunung Bromo. Harapan kami bisa sampai ke Gunung Bromo untuk
melihat sunrise pada
pagi dini hari. Jadi kita harus tidur lebih awal kemudian bangun jam 01.00 lalu
jam 02.00 persiapan berangkat. Dalam perjalanan tersebut kami singgah sebentar
ke daerah pemukiman lereng Gunung Bromo untuk sholat subuh (kewajiban jangan
dilupakan ya). You know what????, disana
hawanya benar-benar dingin, bahkan saya yang udah pakai kostum tebalpun masih
terasa hawa dinginnya. Namun disitu banyak sekali pengalaman yang dapat saya
ambil, saya melihat kondisi lingkungan sekitar, melihat warga yang berada di
daerah itu, serta melihat beberapa orang yang sama-sama melakukan perjalanan
seperti saya, semuanya memiliki arti sendiri (kalian akan merasakannya
sendiri). Dalam setiap perjalanan bagi saya adalah pembelajaran, jadi saya
selalu suka melihat kondisi tempat saya berkunjung kemudian menyimpannya dalam memory (sampai sekarang masih kuingat
jelas).
Karna hawa sudah semakin
dingin, ini berarti kami sudah sampai di kawasan Gunung Bromo. Tepatnya kami
berada di kawasan pegunungan Tengger. Gunung Bromo adalah salah satu puncak
gunung di Pegunungan Tengger. Di tempat lain, di
kawasan bibir jurang di puncak Pananjakan, puluhan orang berkumpul untuk
bersiap-siap melihat sebuah pemandangan yang akan memukau mata.
Ketika matahari
semakin memperlihatkan sinarnya, sesuatu yang terselubung gelap di seberang
jurang perlahan-lahan mulai terlihat bentuknya. Mula-mula berupa siluet, dan
akhirnya tampaklah pemandangan yang begitu indahnya, Masya Allah. Dan sungguh luar biasa, hal itu membuat saya
semakin mencintai pencipta jagad raya ini. Lagi-lagi ini pengalaman pertama
saya, semoga bisa kesitu lagi tapi entah kapan. Karna wabah selfie, gruvi, atau foto rombongan udah
jadi hal biasa maka moment inipun
segera kami abadikan.
Puas
berfoto-foto di puncak Pananjakan, kami kembali turun ke bawah. Pemandu wisata sudah
menyewa belasan jip (jeep)
menuju Gunung Bromo. Jip adalah kendaraan yang kuat untuk melewati lautan pasir
dan jalan yang menanjak di sekitar Bromo. Satu jip diisi maksimal lima
penumpang, satu orang di depan dan empat orang di belakang.
Lalu, di
manakah Gunung Bromo yang kita lihat dari puncak Pananjakan? Gunung Bromo
terletak di sisi kiri belakang Gunung Batok. Dari lautan pasir kita dapat
melihat ratusan orang berjalan menuju puncak Gunung Bromo. Bukit yang berasap
itulah puncak Gunung Bromo. Untuk menuju puncak Gunung Bromo yang ada kawahnya itu, kita bisa berjalan kaki melewati lautan pasir, atau kalau malas berjalan bisa naik kuda yang disewakan dan dituntun oleh orang Tengger. Tapi pada waktu itu saya tidak menyewa kuda karna selain takut sama kuda saya lebih suka berjalan kaki, karena akan terasa lebih menyenangkan.
Dari
ketinggian saya dapat melihat ke bawah, di bawah terhampar lautan pasir yang
maha luas, puluhan jip yang menunggu di sana terasa kecil seperti mobil mainan
saja, lalu tampak juga sebuah pura. Di latar belakang adalah tebing-tebing
Gunung Tengger. Dari pemandangan ini dapat kita ambil pelajaran “bahwa dunia
tidaklah ada apa-apanya, semuanya benar-benar terlihat kecil”. Jadi sepanjang
perjalanan saya tidak pernah berhenti mengucap “Subhanallah”.
Finally, perjalanan saya sudah sampai
di anak tangga tempat menuju puncak Bromo. Setelah mendaki anak tangga yang
jumlahnya ratusan, sampailah kami ke puncak Gunung Bromo. Di puncak gunung
inilah terdapat kawah yang terjal dan bentuknya menyerupai kerucut yang runcing
ke bawah. Hati-hati berada di bibir kawah ini, meskipun sudah diberi pagar tapi
tetap saja harus berpegangan supaya tidak jatuh.
Setelah selesai,
kami pun melakukan perjalanan balik. Ketika hendak turun kami bertemu salah
satu turis (entah dari negara mana) dan mengajak berfoto bersama, lalu mereka
mengatakan “its amazing, I like Indonesia”.
Nah, sebagai Warga Negara Indonesia yang baik kita patut bangga kan. Di Bromo juga
banyak sekali yang menjual bunga Edelwise
yang artinya bunga keabadian. Tentunya banyak sekali definisi dari kata “keabadian”
untuk versi masing-masing individu. Pada waktu itu saya tidak berniat untuk
beli karna harganya mahal, tapi begitu sampai puncak kok harganya murah jadi
iseng-iseng saya beli buat disimpan di rumah (dasar Ekaa nunggu harga murah
dulu baru beli wkwk).
Setelah itu,
kami pulang kembali ke Hotel untuk sarapan pagi kemudian melanjutkan perjalanan
menuju Yogyakarta. Kalau bicara soal Yogyakarta, banyak sekali hal yang saya
sukai disana. Mungkin next post ya saya akan menulis catatan
kecil saya waktu berkunjung ke Yogyakarta setelah saya menyelesaikan catatan
kecil cerita KKN saya ke Pesisir Barat di Lampung ini. Terimakasih sudah
membaca---
No comments:
Post a Comment